Sejarah Desa

SEJARAH KAMPUNG KALUWATU

Disebelah utara lembahan ini, ada sebuah bukit melengkung ke timur laut terus ke selatan diujung sebelah utaranya ada sebuah batu besar berwarna putih, dan di atas batu itu tumbuh (berdirilah) sepohon kayu besar bernama Kayuwatu, Dalam sejarah kuno mengatakan bahwa Batu Putih dan kayu yang ditasnya itu adalah suatu tempat keramat yang menjadi pusat penyembahan berhala, sedang dari padanya teruslah ke lembahan ini beberapa tempat menjadi cabangnya. Batu dan kayu besar ini menjadi tanda penunjuk dari laut dimana letaknya kampung atau desa kaluwatu, yang mengerjakan pembukaannya itulah penduduk aslinya yaitu turunan Datuk Takaliuang, Ganap, Takumansang, Petonengan, Mangobung, Poniskori, Lahengko, Bimbanaung, Rakinaung, Sumenda dan Silangen.
Waktu kampung ini mulai dari Tahun 1880 dan pada tahun itu ada pergelokan terjadi antara kerajaan Siau dan Kerajaan Manganitu yaitu mengenai soal batas wilayah kepemerintahan kerajaan Siau dan kerajaan Manganitu yaiu : Pegunungan Limangu tepat diantara kampung Dagho dan kampung Kaluwatu, dimasa pergolakan itu tiba-tiba rakyat Siau mau membuka atau mendirikan gedung tempat ibadah kepada Tuhan tepat di kaki bukit Senselang yaitu tepat diseblah Timur belahan ini dan ternyata pembangunan ini telah melewati batas wilayah kepemerintahan Manganitu, memang bangunan ini hanya sebagai topeng saja, sebab rencana yang sebenarnya yaitu hanya mau membuka kampung pada lembahan ini sehingga renncana yang di rahasiakan ini dapat diketahui oleh raja Manganitu dan terus diusahakannya pembatalan dan langsung dicarinya satu oknum diantara semua rakyatnya di Manganitu,
Untuk menghalangi rencna ini dipanggilnya seorang pahlawan dari Batunderang yang bernama Denti Kasiahe untuk mempertahankan hak milik, keraajaan Manganitu langsung membatalkan usaha yang tersembunyi itu sehingga Denti Kasiahe berhasil merombak pembangunan atau usaha rakyat Siau itu sehingga balas usaha /jasa atas bangunan itu langsung didirikan atau dibangun rumahnya sendiri lalu diteruskan sampai pembukaan lorong pertama, dan sampai sekarang ada disebelah Timur kampung Kaluwatu.
Di ujung sebelah Utara lorong ini dibangunnya sebuah gedung tempat ibadah dan tempat sekolah. Dan dengan maksud itu raja Manganitu memerintahkan pendeta Steler supaya memilih pimpinan jemaat dan membuka sekolah, sehingga dipilihnya dan disuruhnya Andris Polohindang. Maka dari itu Denti kasiahe bersama Andris Polohindang membuka lembah ini. Sehingga Denti Kasiahe menjadi Pemimpin Kepemerintahan sedangkan Andris Polohindang menjadu Guru Sekolah dan Pimpinan Jemaat pertama di kaluwatu. sejak dari tahun 1880 hingga tahun 1925 Andris Polohindang lamanya bertugas di Kaluwatu, akan tetapi Denti Kasiahe pada akhir tahun 1880 di tangkap oleh tentara Belanda, karena terlibat dalam pergolakan di Manganitu.
Liando ialah berasal dari Minahasa yang pada masa itu berada di Manganitu , tentang soal raja penggantinya yaitu Liando, ini ditolak karena menakuti rakyat dengan senjata, dan Liando di ganti oleh Andris Pantolaeng dari Laine.
Dan pada tahun yang sama injil masuk di tanah Sangihe kampung kaluwatu oleh misioner Van Nota berkebangsaan Belanda, dalam bentuk Sekolah Kweek School Zending Komite, yang terdiri dari dari 3 (tiga) kelas yakni kelas 1 (satu), kelas 2 (dua), kelas 3 (tiga). Sekolah Kweek School Zending Komite didirikan di Kaluwatu karena hasil survei dari para tim penginjil mulai dari Kendar sampai di Kaluwatu, sehingga sekolah ini di buka pada tahun 1908, adapun toko agama saat itu menjadi murid adaah Dabiel kaburuang.
Dan akhirnya dari sejarah yang ada maka di tarik satu kesimpulan oleh bapak Daniel Damar, disusunlah sebuah lagu tentang keberadaan kampung kaluwatu daam bentuk bahasa daerah (bahasa Sangihe) yaitu :
Buluudu Limangu Bowong senselang
Batu Mawira Batu Taloara
Isire Telu ini Paniala Soang Kaluwatu
Taikawala Ene Hapi Ana u Sembau
Ikekendage Limembong Nanentung tatuno Naung
DAFTAR NAMA KAPITALAUNG KAMPUNG KALUWATU
1. Denti Kasiahe Tahun 1880 – 1888 ( 8 Tahun )
2. Liando Tahun 1888 – 1893 ( 5 Tahun )
3. Andris Polohindang Tahun 1893 – 1899 ( 5 Tahun )
4. S.A. Bontil Tahun 1899 – 1906 ( 5 Tahun )
5. Hengkengkona Takaliuang Tahun 1906 - 1912 ( 7 Tahun )
6. Bongko Karambut Tahun 1912 - 1920 ( 12 Tahun )
7. Uno Masambentiro Tahun 1920 – 1924 ( 4 Tahun )
8. A. Gaghana Tahun 1924 – 1929 ( 5 Tahun )
9. Welem Pandensolang Tahun 1929 – 1933 ( 4 Tahun )
10. Denti S. Katiandagho Tahun 1933 – 1942 ( 7 Tahun )
11. E.H. Mahebung Tahun 1942 – 1946 ( 4 Tahun )
12. N.S. Kaemba Tahun 1943 – 1944 ( 1 Tahun )
13. L. Bawondes Tahun 1944 – 1945 ( 1 Tahun )
14. D.S. Katiandagho Tahun 1945 – 1949 ( 4 Tahun )
15. Eduard Manis Tahun 1949 – 1954 ( 5 Tahun )
16. Ambrosius Manis Tahun 1954 – 1967 ( 12 Tahun )
17. Betran Petonengan Tahun 1967 – 1971 ( 4 Tahun )
18. Jubleum Masihe Tahun 1971 – 1974 ( 3 Tahun )
19. B.N. Manis Tahun 1974 – 1981 ( 7 Tahun )
20. A.S. Polohindang Tahun 1981 – 1995 ( 15 Tahun )
21. J. Haribulan Tahun 1996 – 2004 ( 8 Tahun )
22. Pinahas Rakinaung Tahun 2004 – 2010 ( 6 Tahun )
23. Elfroian M. Polohindang Tahun 2011 – 2017 ( 6 Tahun )
24. Elflroian M. Polohindang Tahun 2018 – Sekarang.